Kamis, 31 Mei 2012

Cara Berlindung dari Syetan

Sebelumnya kita harus pahami terlebih dahulu, mengapa kita harus mengusir syetan ? Apakah syetan mendatangkan segala macam penyakit ? Apakah syetan yang mendatangkan segala macam bencana ? Apakah syetan yang menghambat rizki kita ?
Kalo jawabannya bukan, lalu mengapa kita harus berlindung dari syetan ? Ya, karena syetan-lah yang menggoda kita sehingga kita terjerumus pada jurang kesengsaraan, jurang kemiskinan dan penderitaan berbagai macam penyakit. Menurut saya, syetan tidak dapat mendatangkan mudharat apapun terhadap diri kita. Hanya kitalah yang memilih mudharat itu atau tidak.
Sesungguhnya syetan itu tidak dapat diusir dari kita, lihatlah surat Al-A’raaf ayat 16-17 : “Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). ”
Umumnya masyarakat yang kurang mengerti tentang agama seringkali menggunakan cara-cara mengusir syetan dengan cara yang mendekati kemusyrikan. Entah menggunakan ayat-ayat Al-Quran dengan niatan mengusir syetan sehingga syetan tidak bisa masuk ke rumah dengan cara menempel sejumlah ayat, kebanyakan ayat kursi di pintu, di dinding2 rumah atau dengan membaca ayat-ayat Quran yang akhirnya dijadikan mantera untuk mengusir syetan. Niat membaca atau memajang ayat Al-Quran semacam itu sudah jauh dari yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Quran hanya mengajarkan jika kita tergoda atau merasakan bisikan syetan maka ucapkanlah Ta’awudz (A’uu dzu billahi minasy Syaithanir Rajiim). “Aku berlindung kepada Allah atas Godaan Syetan yang terkutuk”. Dengan membaca Ta’awudz kita berniat agar Allah melindungi kita dari godaan syetan yang terkutuk.
Lalu apabila kita diganggu oleh syetan dari jenis manusia dan juga jin, bacalah Surat An-Naas dan Al-Falaq.
Kalo ingin mengetahui tentang apa itu Syetan, silakan baca artikel “Apa Sesungguhnya Syetan itu ?”.
Nah yang betul-betul bisa menjadi contoh betapa syetan-syetan dari golongan jin akan takut manusia apabila :
1. Orang yang ikhlas, seperti pada Surat Al-Hijr ayat 39-40:
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.”
2. Manusia memiliki pemahaman yang lengkap tentang agama. Simak hadits Nabi berikut ini :
Rasulullah saw. pernah bersabda: “Satu orang berilmu lebih ditakui syetan daripada seribu ahli ibadah” (HR At-Tirmidzy). Tidak ada yang paling ditakuti syetan selain keberadaan orang berilmu di tengah-tengah ummat, dan tidak ada yang paling disukainya selain tidak adanya orang berilmu diantara manusia agar bisa leluasa merusak agama dan menyesatkan ummat. Setiap kali syetan ingin menghidupkan bid’ah dan mematikan sunnah, maka orang berilmu berdiri menghadangnya, adapun ahli ibadah tujuannya hanya agar ia bisa menyelamatkan dirinya saja dari syetan.
3. Manusia dikaruniai akal sehingga bisa memilih mana yang benar dan mana yang tidak. Optimalisasi penggunaan akal inilah yang menjadikan Umar bin Khatthab ditakuti oleh syetan. Berikut hadits Nabi riwayat Bukhari Muslim :
Nabi pernah bersabda, “Tidak berjalan Umar disuatu lorong melainkan setan memilih jalan lain (supaya tidak berpapasan dengan Umar).”
Mari kita kupas lebih jauh lagi, mengapa Umar bin Khattab sedemikan ditakuti oleh syetan.
1. Umar selalu berpikir menggunakan akal sebelum melakukan sesuatu. Inilah yang menyebabkan banyak ayat-ayat Al-Quran turun setelah Umar menyatakan pikirannya.
Umar pernah berkata, “Aku menepati Tuhanku pada tiga permasalahan. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, andaikan kita menjadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat,’ maka turunlah ayat, “…dan jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim tempat shalat…” (QS Al-Baqarah: 125).
Peristiwa kedua adalah turunnya ayat tentang hijab, aku (Umar) berkata, “Wahai Rasulullah, seandainya engkau memerintahkan istri-istrimu untuk menutup tubuh (mengenakan hijab) sebab yang berbicara dengan mereka adalah orang baik dan juga orang yang keji,” maka turunlah ayat tentang hijab.
Ketiga adalah ketika istri-istri beliau berkumpul karena sifat cemburu terhadap beliau, maka aku (Umar) berkata, “Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (QS At-Tahrim: 125), maka turunlah ayat ini.’
2. Umar selalu tegas dan berpegang teguh akan keyakinan pikirannya selama itu benar.
Nabi Saw bersabda, “Aku kagum dengan wanita-wanita yang berada dalam majelisku ini, tatkala mereka mendengar suaramu maka dengan cepat mengenakan hijabnya.”
Umar berkata, “Padahal engkau paling berhak ditakuti oleh mereka, wahai Rasulullah.” Kemudian Umar melanjutkan, “Wahai musuh-musuh diri kalian sendiri, apakah kalian takut kepadaku dan tidak takut kepada Rasulullah Saw?”
Mereka menjawab, “Ya, sebab engkau lebih tajam (kata-katanya) dan lebih keras dari Rasulullah Saw.”
Nabi Saw bersabda, “Sudahlah wahai putra Al-Khathab, Demi Dzat yang jiwaku ada pada-Nya, tidaklah syetan bertemu denganmu berjalan pada suatu jalan yang sama kecuali ia mencari jalan selain jalanmu.” (HR Bukhari-Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar